BREAKING NEWS !!!!
Suasana damai di Surga terganggu.....
Semuanya lg menonton Konser Michael Jackson nyanyi, Mbah Surip ngelawak sambil ngegendong,
W.S Rendra baca puisi.... Eh.... Tau - tau, Noordin M Top dtng bwa BOM,
akhirnya smua pd kabur...... Menyelamatkan diri.
Noordin M Top blom mati, mengutip kata2 dari milis :
Ciri2 kematian Noordin M.Top berdasarkan Primbon seharusnya dia tewas di atap rumah !
Kalo mati di kamar mandi, namanya Noordin M Pup !
Kalo mati di Kali = Noordin M Pang
Kalo mati di Clubbing = Noordin M Club or Noordin M Bassy
Kalo mati Taman Lawang = Noordin M beeerrrr bouw..!
Ada2 ajah...
COPAS dari Ega Sih Keram Otakk:
baru dapet lagi nih.... Teroris yang telat dateng bulan.. Noordin M. Kapsul! hihi... lumayan garing.
ada lagi nih! teroris yang punya usaha minuman energi?? NOORDIN M. 150!! Bisa!!! huakakakkakak...
katanya Noordin M. Top masih punya 25 sodara lagi! dia anak ke-13. yg pertama Noordin A. Top, yg paling bungsu Noordin Z. Top! halagh garing! yg pnting update status! hihihihihi
::hammer::
teroris yg gothic.. (katanya sih).... Noordin M. CR! heuheu...
teroris yang suka musik??? NOORDIN M. P3! (-.-)
NOORDIN-an lg ah....huahuahua... Teroris yg penuh gizi?! NOORDIN M-PAT SEHAT LIMA SEMPURNA! xexexe...
teroris yg jd operator telepon...NOORDIN M.3!! dubidubidubae...
teroris yg punya stasiun tv?! NOORDIN M.TV! xexe.... ada yg lbh garing ga?! :p
ga bosen! ^o^ teroris yg suka kirim gambar? NOORDIN M. MS! jeb..ajeb..ajeb..ajeb..ajeb.. ;p
teroris yg bikin klub sepakbola?! NOORDIN M. U! hah... tidur yuuk...
Ada lagi g?
Senin, 04 Januari 2010
Filsafat Membentuk Sikap Orang..^^.. READ!!!
Prof. Dr. Konrad Kebung Beoang, SVD
APA manfaat belajar filsafat?
Filsafat itu cuma bikin apa yang sederhana jadi rumit dan ribet. Filsafat tidak punya nilai ekonomis untuk dipelajari.
Begitulah kesan skeptis yang telah umum terdengar tentang filsafat. Tak heran, tak banyak yang menaruh minat pada bidang ini. Padahal sejatinya, filsafat boleh disebut sebagai ibu dari segala ilmu. Sebelum lahir dan berkembang banyak ilmu seperti sekarang ini, filsafat sudah lama lahir, nun jauh di tempo dulu, pada zaman Aristoteles dan Socrates. Zaman ketika buku belum dikenal.
Sebagai ibu dari segala ilmu, filsafat sangat kuat mewarnai setiap titian sejarah peradaban dunia ini. Jika ilmu lain bergulat dengan hal-hal praktis, filsafat berurusan dengan nilai. Dia tidak mengajarkan hal-hal teknis, keterampilan- keterampilan praktis, tetapi dia menanamkan nilai-nilai agar mereka yang terampil itu punya etika, punya rasa. Filsafat mengajarkan orang untuk teguh pada pendirian, tulus memperjuangkan keadilan dan berani menyatakan kebenaran. Prof. Dr. Konrad Kebung Beoang, SVD, coba mengungkapkan satu dua pikiran kecil tentang filsafat.
Ada pendapat yang mengatakan filsafat tidak relevan lagi untuk dipelajari
Pernyataan ini hanya datang dari orang yang masih kuat menganut pandangan yang tidak benar dan realistis tentang filsafat. Dengan kata lain, orang-orang ini masih memiliki prasangka yang kuat terhadap filsafat. Padahal hakikat filsafat sebagai ilmu adalah berpikir dan berefleksi. Dengan berpikir atau berefleksi orang secara sadar menghadapkan dirinya dengan realitas sekitarnya. Dan itu berarti lewat berpikir orang dapat mengamati dunianya secara kreatif dan terbuka, dan bisa mengolah dan mengembangkan dunia-realitasnya dengan mudah. Dengan berpikir dia membentuk dalam dirinya suatu sikap dan pada gilirannya terungkap dalam tingkah laku dan tata cara hidup. Dan, ada banyak sekali pertanyaan mendasar dan asasi yang tidak bisa dijawabi oleh pelbagai ilmu lain kecuali melalui filsafat. Dan di sini peran filsafat tidak bisa digantikan oleh ilmu-ilmu lain.
Tempat dan peran filsafat di tengah menguatnya ilmu-ilmu terapan
Filsafat tampil di sana dengan fungsi kritis dan secara mendalam bisa meneropong atau mencermati apa yang ada dalam ilmu-ilmu terapan. Filsafat bisa membuat analisis tentang ilmu-ilmu terapan secara radikal dan ini pada gilirannya akan sangat membantu dan memperkuat ilmu-ilmu terapan, tidak hanya lewat analisis verbal, melainkan juga yang bisa terungkap dalam sikap dan tingkah laku seorang ilmuwan praktis atau terapan. Dan karena itu kendati ilmu-ilmu positif juga ilmu-ilmu terapan semakin menjauhkan diri dari filsafat, orang tetap bisa berfilsafat dalam dan tentang ilmu-ilmu itu.
Relevansi filsafat bagi kehidupan masyarakat di NTT
Filsafat itu berakar dalam hidup dan berkaitan amat erat dengan hidup dan kehidupan kita. Karena itu filsafat selalu relevan untuk siapa saja dari kelompok apa saja. Kalau filsafat dilihat sebagai pandangan hidup atau falsafah hidup, jelas semua kita miliki, dan semua kita boleh-- dalam satu arti -- disebut sebagai filsuf. Orang-orang NTT punya filsafat berpikir yang khusus, yaitu bagaimana dia melihat dunianya, sesamanya manusia dan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan atau Yang Mutlak dalam hidupnya. Dengan kata lain, bagaimana orang NTT melihat dunianya, bagaimana dia menanggapi dunianya, bagaimana dia berpikir tentang dunianya, dan bagaimana dia juga membangun dunianya itu menurut pola pikir dan pola tingkahnya sendiri. Ini yang disebut sebagai filsafat berpikir orang NTT. Namun filsafat sebagai ilmu masih kurang popular di tengah masyarakat kita di NTT. Di mana-mana terdapat prasangka terhadap filsafat, bahwa filsafat adalah ilmu yang amat sukar, bahwa filsafat adalah permainan akal yang mempersulit apa yang sebenarnya gampang dan mudah, bahwa filsafat adalah ilmu yang dapat digunakan untuk memanipulasi perkataan dan pikiran orang, dan lain-lain. Ini semua adalah prasangka dan pandangan yang tidak benar tentang filsafat.
(hasil wawancara : Tony kleden)
Saya mengenal Filsafat tepatnya saat masih duduk di kelas II SLTP, saat itu ada LOMBA MENULIS dan saya bingunk mencari literatur. kebetulan Ayah saya adalah pelanggan setia VOX. Majalah berbentuk Buku terbitan STFK LEDALERO. Dan sungguh Rumit mempelajari Filsafat. Namun saya mencoba dengan kemampuan saya yang masih labil saat itu, Menarik sekali. Karena itu Sampai saat ini saya tidak pernah merasa cukup waktu dan sumber untuk mempelajarinya. Thanks Bung Tony untuk publikasi wawancaranya.,,^^
APA manfaat belajar filsafat?
Filsafat itu cuma bikin apa yang sederhana jadi rumit dan ribet. Filsafat tidak punya nilai ekonomis untuk dipelajari.
Begitulah kesan skeptis yang telah umum terdengar tentang filsafat. Tak heran, tak banyak yang menaruh minat pada bidang ini. Padahal sejatinya, filsafat boleh disebut sebagai ibu dari segala ilmu. Sebelum lahir dan berkembang banyak ilmu seperti sekarang ini, filsafat sudah lama lahir, nun jauh di tempo dulu, pada zaman Aristoteles dan Socrates. Zaman ketika buku belum dikenal.
Sebagai ibu dari segala ilmu, filsafat sangat kuat mewarnai setiap titian sejarah peradaban dunia ini. Jika ilmu lain bergulat dengan hal-hal praktis, filsafat berurusan dengan nilai. Dia tidak mengajarkan hal-hal teknis, keterampilan- keterampilan praktis, tetapi dia menanamkan nilai-nilai agar mereka yang terampil itu punya etika, punya rasa. Filsafat mengajarkan orang untuk teguh pada pendirian, tulus memperjuangkan keadilan dan berani menyatakan kebenaran. Prof. Dr. Konrad Kebung Beoang, SVD, coba mengungkapkan satu dua pikiran kecil tentang filsafat.
Ada pendapat yang mengatakan filsafat tidak relevan lagi untuk dipelajari
Pernyataan ini hanya datang dari orang yang masih kuat menganut pandangan yang tidak benar dan realistis tentang filsafat. Dengan kata lain, orang-orang ini masih memiliki prasangka yang kuat terhadap filsafat. Padahal hakikat filsafat sebagai ilmu adalah berpikir dan berefleksi. Dengan berpikir atau berefleksi orang secara sadar menghadapkan dirinya dengan realitas sekitarnya. Dan itu berarti lewat berpikir orang dapat mengamati dunianya secara kreatif dan terbuka, dan bisa mengolah dan mengembangkan dunia-realitasnya dengan mudah. Dengan berpikir dia membentuk dalam dirinya suatu sikap dan pada gilirannya terungkap dalam tingkah laku dan tata cara hidup. Dan, ada banyak sekali pertanyaan mendasar dan asasi yang tidak bisa dijawabi oleh pelbagai ilmu lain kecuali melalui filsafat. Dan di sini peran filsafat tidak bisa digantikan oleh ilmu-ilmu lain.
Tempat dan peran filsafat di tengah menguatnya ilmu-ilmu terapan
Filsafat tampil di sana dengan fungsi kritis dan secara mendalam bisa meneropong atau mencermati apa yang ada dalam ilmu-ilmu terapan. Filsafat bisa membuat analisis tentang ilmu-ilmu terapan secara radikal dan ini pada gilirannya akan sangat membantu dan memperkuat ilmu-ilmu terapan, tidak hanya lewat analisis verbal, melainkan juga yang bisa terungkap dalam sikap dan tingkah laku seorang ilmuwan praktis atau terapan. Dan karena itu kendati ilmu-ilmu positif juga ilmu-ilmu terapan semakin menjauhkan diri dari filsafat, orang tetap bisa berfilsafat dalam dan tentang ilmu-ilmu itu.
Relevansi filsafat bagi kehidupan masyarakat di NTT
Filsafat itu berakar dalam hidup dan berkaitan amat erat dengan hidup dan kehidupan kita. Karena itu filsafat selalu relevan untuk siapa saja dari kelompok apa saja. Kalau filsafat dilihat sebagai pandangan hidup atau falsafah hidup, jelas semua kita miliki, dan semua kita boleh-- dalam satu arti -- disebut sebagai filsuf. Orang-orang NTT punya filsafat berpikir yang khusus, yaitu bagaimana dia melihat dunianya, sesamanya manusia dan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan atau Yang Mutlak dalam hidupnya. Dengan kata lain, bagaimana orang NTT melihat dunianya, bagaimana dia menanggapi dunianya, bagaimana dia berpikir tentang dunianya, dan bagaimana dia juga membangun dunianya itu menurut pola pikir dan pola tingkahnya sendiri. Ini yang disebut sebagai filsafat berpikir orang NTT. Namun filsafat sebagai ilmu masih kurang popular di tengah masyarakat kita di NTT. Di mana-mana terdapat prasangka terhadap filsafat, bahwa filsafat adalah ilmu yang amat sukar, bahwa filsafat adalah permainan akal yang mempersulit apa yang sebenarnya gampang dan mudah, bahwa filsafat adalah ilmu yang dapat digunakan untuk memanipulasi perkataan dan pikiran orang, dan lain-lain. Ini semua adalah prasangka dan pandangan yang tidak benar tentang filsafat.
(hasil wawancara : Tony kleden)
Saya mengenal Filsafat tepatnya saat masih duduk di kelas II SLTP, saat itu ada LOMBA MENULIS dan saya bingunk mencari literatur. kebetulan Ayah saya adalah pelanggan setia VOX. Majalah berbentuk Buku terbitan STFK LEDALERO. Dan sungguh Rumit mempelajari Filsafat. Namun saya mencoba dengan kemampuan saya yang masih labil saat itu, Menarik sekali. Karena itu Sampai saat ini saya tidak pernah merasa cukup waktu dan sumber untuk mempelajarinya. Thanks Bung Tony untuk publikasi wawancaranya.,,^^
Sesama Penyolong Jangan Saling Mendahului (Lanjutan dari Notes Bung Dickerz)
Penasaran dengan tulisan Bung Dicky, dengan Judul yank sama. Saya coba - coba mencari tau apa isi tulisan Remy Si La Do. ternyata ada di FAN. Saya COPAS saja yah..biar yank lain juga Mengerti.:Peace:
Minggu, 6 September 2009 | 03:00 WIB
Remy Sylado
Kompas ikut membikin ramai klaim-klaiman Indonesia terhadap Malaysia, mencantumkan judul lagu ”Terang Bulan” sebagai ciptaan orang Indonesia.
Sebelumnya beberapa brodkas TV stel yakin mencocokkan lagu kebangsaan Malaysia ”Negaraku” dengan lagu ”Terang Bulan”. Malahan seseorang yang mengaku anak Sjaiful Bachri, pemusik Indonesia yang pernah ”lari” ke Malaysia, sebagai pencipta ”Terang Bulan”.
Salah satu, jika bukan satu-satunya media pers Indonesia pada 1957 yang memuat berita tentang ”Terang Bulan” menjadi lagu kebangsaan Malaysia adalah majalah Musika No 1 Th I September 1957. Majalah yang dipimpin Wienaktoe itu menurunkan berita berjudul ”Negaraku” sebagai berikut: ”Melodi lagu ’Terang Bulan’ jang kesohor itu achirnja dengan resmi diterima sebagai lagu kebangsaan Malaya pada hari kemerdekaan tanggal 31 Agustus 1957 j.l. dengan diberi nama dan tekst baru ’Negaraku’. Pihak RRI dan Pemerintah Indonesia untuk menjatakan penghargaannja, telah melarang diputar dan dimainkan atau diperdengarkan melodi tsb pada setiap kedjadian biasa”.
Kalau kita membaca Het Nationale Volkslied oleh Margreet Fogteloo & Bert Wikie (AW Bruna Uitgevers BV Utrecht), jelas diuraikan bahwa ”Negaraku” yang dulu di Indonesia dikenal sebagai ”Terang Bulan” adalah ciptaan orang Perancis bernama Pierre Jean de Béranger (1780- 1857).
Siapa sebenarnya orang ini? Ensiklopedia pertama yang terbit setelah Indonesia merdeka, Ensiklopedia Indonesia, 1954, oleh TS Mulia dan KAH Hidding mencatat nama Pierre Jean de Béranger sebagai pencipta sejumlah lagu rakyat (Pr chanson populaire, Ing. folk song, Bld, volkslied). Di antara ciptaannya yang terkenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Perancis di sini, Februari-Agustus 1811, sampai digegaskannya Bandung sebagai Parijs van Java, 1925, adalah Chansons morales et autres, Chansons nouvelles, Chansons inédites.
Selama itu, pengaruh kebudayaan Perancis di Indonesia, jadi bukan di Malaysia, memang besar. Di Manado, yang sekarang disebut katrili, dan merupakan kesenian tradisional, berasal dari kata bahasa Perancis quadrille. Lalu, di Bandung, teater tradisional longser merupakan serapan kata bahasa Perancis, aba-aba seorang sutradara mengucapkan kata longer untuk bergerak lalu. Dan, jangan lupa kereta sado di Batavia berasal dari bahasa Perancis dos à dos, artinya duduk saling memunggung.
Tetapi, di antara tokoh-tokoh seni Perancis yang pernah lama mukim di Indonesia, bukan Malaysia, adalah penyair terkemuka perkusor Simbolisme abad ke-19, Arthur Rimbaud. Pada 1876 penyair ini tinggal di Salatiga sebagai serdadu batalion I infanteri. Tentang dirinya di Salatiga bisa dibaca dalam Het Koninklijk Negerrlands- Indisch Leger 1830- 1950 oleh Zwitzer & Heshusius (Staatsuitvegerij ’s-Gravenhage) .
Salah seorang sahabat Rimbaud, René du Bois, bahkan menetap di lereng gunung Ungaran sampai tua, dan termasuk yang dikunjungi Mata Hari (Margareha Geertruide Zelle) sang ’polyglot harlot’ yang dieksekusi mati oleh otoritas Perancis pada Perang Dunia I sebagai mata-mata.
Maunya, dengan sekelumit gambaran ini, jangan sampai gairah klaim-klaiman Indonesia terhadap Malaysia lantas melupakan peribahasa ”semut di seberang laut tampak gajah di depan mata tak tampak”. Sebab, kita juga punya kebiasaan nyolong.
Sebagai pembuka ingatan, perhatikan dua lagu yang dianggap memiliki pathos kebangsaan, yaitu lirik ”Dari barat sampai ke timur berjajar pulau-pulau”, dan ”Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati”. Yang pertama mengingatkan lagu Perancis ciptaan Rouget de Lisle. Memang hanya bagian depan, bagian yang sama dimanfaatkan Beatles juga.
Tetapi yang kedua, ”Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati”, adalah 100% pencurian atas lagu gereja ”What a Friend We Have in Jesus”. Tidak tahu apa ilusi grup musik perempuan asal Surabaya, Dara Puspita, pada 1960-an menyanyikannya menjadi ”Ibu Pertiwi sedang bersusah”. Lagu himne ini aslinya diciptakan oleh Horatius Bonar pada lirik dan Charles Crozat Converse pada musik, dan dicatat hak ciptanya pada 1876 lewat Biglow & Main.
Harapannya, dalam klaim- klaiman yang sedang panas sekarang ini, jangan pula melahirkan pemeo baru ”Sesama pencuri jangan saling mendahului”. Sebab, ujungnya kalau urusan marah-marah ini dibeberkan dengan kasus-kasus plagiat yang ternyata tidak sepi di Indonesia, malunya harus ditanggung bersama.
Sekadar contoh lain untuk mengingatkan itu, pada 1971 Markas Besar Angkatan Darat, ditandatangani oleh Brigjen Soerjadi, telah membuat malu memberi piagam kepada Ismail Marzuki sebagai komponis yang disebut mencipta lagu ”Auld Lang Syne”. Periksa Lagu-Lagu Pilihan Ismail Marzuki, oleh WS Suwito, Titik Terang, Jakarta. Tentu saja ini ngawur yang menyedihkan. Lagu ”Auld Lang Syne” itu nyanyian tradisional Skot yang digubah oleh Robert Burn dan dicatat penciptaannya melalui Preston & Son, London, 1799.
Sebelum itu, Ismail Marzuki disebut juga sebagai pencipta lagu ”Als die orchideeën bleien” dan ”Panon Hideung”. Padahal, lagu yang pertama, yang kemudian berlirik bahasa Indonesia ”Bunga anggrek mulai timbul”, adalah ciptaan Belloni, pemimpin orkes Concordia Respavae Crescunt, yang dinyanyikan oleh Miss Lie pada 1922.
Yang kedua, ”Panon Hideung” adalah lagu tradisional Rusia, diaransemen di Amerika oleh Harry Horlick & Gregory Stone dan masuk hak cipta pada 1926 di bawah Carl Fischer, Inc, lalu diperkenalkan di Indonesia, melalui Bandung pada tahun yang sama oleh pemusik Rusia bernama Varvolomeyev.
Termasuk Presiden RI Soekarno, pada 1961 membuat kesalahan memberikan Piagam Widjajakusuma kepada Ismail Marzuki, yang menyebut dalam piagam itu bahwa lagu ”Hallo- hallo Bandung” adalah ciptaan Ismail Marzuki. Padahal, lagu itu aslinya ciptaan seorang prajurit Siliwangi bernama Lumban Tobing yang dinyanyikan bersama peleton Bataknya dari long march Yogya-Bandung di zaman revolusi. Tentang kematiannya bisa dilihat lukisannya di Museum Siliwangi, Jl Lembong, Bandung.
Lagu ”Hallo-hallo Bandung” ciptaan Lumban Tobing ini hanya sama judul, tapi beda melodi dan lirik dengan lagu Belanda nyanyian Willy Derby pada 1929 ketika radio NIROM (Nederlands Indische Radio Omroep Maatschappij) beroperasi di Bandung versi baru rekaman ini dinyanyikan lagi oleh Wieteke van Dort di TV Belanda dalam De Stratemakeropzeesho w, 1972, dan dicetak teksnya pada 1992 dalam De Wduwe van Indië.
Nah, ”Terang Bulan” juga tersua dalam De Wduwe van Indië dalam dua teks, yaitu bahasa Indonesia gaya KNIL dan bahasa Belanda. Kita baca teks yang pertama saja:
Terang boelan
terang boelan di kali
Boewaja timboel
katanja lah mati
Djangan pertjaja
orang lelaki
Brani soempa
dia takoet mati.
Asal saja teks lama di atas tidak jadi ejekan kepada kita, Indon, sebagai ”brani soempa, dia takoet mati”. Kalau ada tuduhan begitu, rasanya elok diingat teriakan Bung Karno dulu, ”Ganyang Malaysia!”
Remy Sylado Pengamat Musik, Novelis, Dramawan
Minggu, 6 September 2009 | 03:00 WIB
Remy Sylado
Kompas ikut membikin ramai klaim-klaiman Indonesia terhadap Malaysia, mencantumkan judul lagu ”Terang Bulan” sebagai ciptaan orang Indonesia.
Sebelumnya beberapa brodkas TV stel yakin mencocokkan lagu kebangsaan Malaysia ”Negaraku” dengan lagu ”Terang Bulan”. Malahan seseorang yang mengaku anak Sjaiful Bachri, pemusik Indonesia yang pernah ”lari” ke Malaysia, sebagai pencipta ”Terang Bulan”.
Salah satu, jika bukan satu-satunya media pers Indonesia pada 1957 yang memuat berita tentang ”Terang Bulan” menjadi lagu kebangsaan Malaysia adalah majalah Musika No 1 Th I September 1957. Majalah yang dipimpin Wienaktoe itu menurunkan berita berjudul ”Negaraku” sebagai berikut: ”Melodi lagu ’Terang Bulan’ jang kesohor itu achirnja dengan resmi diterima sebagai lagu kebangsaan Malaya pada hari kemerdekaan tanggal 31 Agustus 1957 j.l. dengan diberi nama dan tekst baru ’Negaraku’. Pihak RRI dan Pemerintah Indonesia untuk menjatakan penghargaannja, telah melarang diputar dan dimainkan atau diperdengarkan melodi tsb pada setiap kedjadian biasa”.
Kalau kita membaca Het Nationale Volkslied oleh Margreet Fogteloo & Bert Wikie (AW Bruna Uitgevers BV Utrecht), jelas diuraikan bahwa ”Negaraku” yang dulu di Indonesia dikenal sebagai ”Terang Bulan” adalah ciptaan orang Perancis bernama Pierre Jean de Béranger (1780- 1857).
Siapa sebenarnya orang ini? Ensiklopedia pertama yang terbit setelah Indonesia merdeka, Ensiklopedia Indonesia, 1954, oleh TS Mulia dan KAH Hidding mencatat nama Pierre Jean de Béranger sebagai pencipta sejumlah lagu rakyat (Pr chanson populaire, Ing. folk song, Bld, volkslied). Di antara ciptaannya yang terkenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Perancis di sini, Februari-Agustus 1811, sampai digegaskannya Bandung sebagai Parijs van Java, 1925, adalah Chansons morales et autres, Chansons nouvelles, Chansons inédites.
Selama itu, pengaruh kebudayaan Perancis di Indonesia, jadi bukan di Malaysia, memang besar. Di Manado, yang sekarang disebut katrili, dan merupakan kesenian tradisional, berasal dari kata bahasa Perancis quadrille. Lalu, di Bandung, teater tradisional longser merupakan serapan kata bahasa Perancis, aba-aba seorang sutradara mengucapkan kata longer untuk bergerak lalu. Dan, jangan lupa kereta sado di Batavia berasal dari bahasa Perancis dos à dos, artinya duduk saling memunggung.
Tetapi, di antara tokoh-tokoh seni Perancis yang pernah lama mukim di Indonesia, bukan Malaysia, adalah penyair terkemuka perkusor Simbolisme abad ke-19, Arthur Rimbaud. Pada 1876 penyair ini tinggal di Salatiga sebagai serdadu batalion I infanteri. Tentang dirinya di Salatiga bisa dibaca dalam Het Koninklijk Negerrlands- Indisch Leger 1830- 1950 oleh Zwitzer & Heshusius (Staatsuitvegerij ’s-Gravenhage) .
Salah seorang sahabat Rimbaud, René du Bois, bahkan menetap di lereng gunung Ungaran sampai tua, dan termasuk yang dikunjungi Mata Hari (Margareha Geertruide Zelle) sang ’polyglot harlot’ yang dieksekusi mati oleh otoritas Perancis pada Perang Dunia I sebagai mata-mata.
Maunya, dengan sekelumit gambaran ini, jangan sampai gairah klaim-klaiman Indonesia terhadap Malaysia lantas melupakan peribahasa ”semut di seberang laut tampak gajah di depan mata tak tampak”. Sebab, kita juga punya kebiasaan nyolong.
Sebagai pembuka ingatan, perhatikan dua lagu yang dianggap memiliki pathos kebangsaan, yaitu lirik ”Dari barat sampai ke timur berjajar pulau-pulau”, dan ”Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati”. Yang pertama mengingatkan lagu Perancis ciptaan Rouget de Lisle. Memang hanya bagian depan, bagian yang sama dimanfaatkan Beatles juga.
Tetapi yang kedua, ”Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati”, adalah 100% pencurian atas lagu gereja ”What a Friend We Have in Jesus”. Tidak tahu apa ilusi grup musik perempuan asal Surabaya, Dara Puspita, pada 1960-an menyanyikannya menjadi ”Ibu Pertiwi sedang bersusah”. Lagu himne ini aslinya diciptakan oleh Horatius Bonar pada lirik dan Charles Crozat Converse pada musik, dan dicatat hak ciptanya pada 1876 lewat Biglow & Main.
Harapannya, dalam klaim- klaiman yang sedang panas sekarang ini, jangan pula melahirkan pemeo baru ”Sesama pencuri jangan saling mendahului”. Sebab, ujungnya kalau urusan marah-marah ini dibeberkan dengan kasus-kasus plagiat yang ternyata tidak sepi di Indonesia, malunya harus ditanggung bersama.
Sekadar contoh lain untuk mengingatkan itu, pada 1971 Markas Besar Angkatan Darat, ditandatangani oleh Brigjen Soerjadi, telah membuat malu memberi piagam kepada Ismail Marzuki sebagai komponis yang disebut mencipta lagu ”Auld Lang Syne”. Periksa Lagu-Lagu Pilihan Ismail Marzuki, oleh WS Suwito, Titik Terang, Jakarta. Tentu saja ini ngawur yang menyedihkan. Lagu ”Auld Lang Syne” itu nyanyian tradisional Skot yang digubah oleh Robert Burn dan dicatat penciptaannya melalui Preston & Son, London, 1799.
Sebelum itu, Ismail Marzuki disebut juga sebagai pencipta lagu ”Als die orchideeën bleien” dan ”Panon Hideung”. Padahal, lagu yang pertama, yang kemudian berlirik bahasa Indonesia ”Bunga anggrek mulai timbul”, adalah ciptaan Belloni, pemimpin orkes Concordia Respavae Crescunt, yang dinyanyikan oleh Miss Lie pada 1922.
Yang kedua, ”Panon Hideung” adalah lagu tradisional Rusia, diaransemen di Amerika oleh Harry Horlick & Gregory Stone dan masuk hak cipta pada 1926 di bawah Carl Fischer, Inc, lalu diperkenalkan di Indonesia, melalui Bandung pada tahun yang sama oleh pemusik Rusia bernama Varvolomeyev.
Termasuk Presiden RI Soekarno, pada 1961 membuat kesalahan memberikan Piagam Widjajakusuma kepada Ismail Marzuki, yang menyebut dalam piagam itu bahwa lagu ”Hallo- hallo Bandung” adalah ciptaan Ismail Marzuki. Padahal, lagu itu aslinya ciptaan seorang prajurit Siliwangi bernama Lumban Tobing yang dinyanyikan bersama peleton Bataknya dari long march Yogya-Bandung di zaman revolusi. Tentang kematiannya bisa dilihat lukisannya di Museum Siliwangi, Jl Lembong, Bandung.
Lagu ”Hallo-hallo Bandung” ciptaan Lumban Tobing ini hanya sama judul, tapi beda melodi dan lirik dengan lagu Belanda nyanyian Willy Derby pada 1929 ketika radio NIROM (Nederlands Indische Radio Omroep Maatschappij) beroperasi di Bandung versi baru rekaman ini dinyanyikan lagi oleh Wieteke van Dort di TV Belanda dalam De Stratemakeropzeesho w, 1972, dan dicetak teksnya pada 1992 dalam De Wduwe van Indië.
Nah, ”Terang Bulan” juga tersua dalam De Wduwe van Indië dalam dua teks, yaitu bahasa Indonesia gaya KNIL dan bahasa Belanda. Kita baca teks yang pertama saja:
Terang boelan
terang boelan di kali
Boewaja timboel
katanja lah mati
Djangan pertjaja
orang lelaki
Brani soempa
dia takoet mati.
Asal saja teks lama di atas tidak jadi ejekan kepada kita, Indon, sebagai ”brani soempa, dia takoet mati”. Kalau ada tuduhan begitu, rasanya elok diingat teriakan Bung Karno dulu, ”Ganyang Malaysia!”
Remy Sylado Pengamat Musik, Novelis, Dramawan
Menulis Opini, Menulis dengan Hati
Oleh : L.R. Baskoro, Redaktur Utama Majalah Berita Mingguan TEMPO
MENULIS opini berarti menyebar luaskan gagasan. Dengan menulis opini, maka seseorang berarti mentransfer ide dan gagasan ke ruang publik. Ia masuk ke ranah publik, berusaha mempengaruhi publik, dengan tujuan akhir: gagasannya diterima atau juga diperdebatkan.
Karena itulah, menulis opini sesungguhnya mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide baru, juga menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap untuk diperdebatkan. Menulis opini berarti memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain. Karena itulah, kegiatan menulis opini mestinya kegiatan yang dilakukan dengan hati. Dengan kesukacitaan, kegembiraan membagi gagasan dan kecintaan menyumbangkan ilmu dan pengetahuan.
Menulis opini adalah kegiatan yang menyenangkan. Siapa pun sesungguhnya bisa dan mampu untuk menulis opini. Setiap orang yang memiliki pengetahuan, mampu menulis, sesungguhnya ia bisa menulis opini. Dengan opini, tidak saja gagasan itu bisa menyebar, tapi juga,antara lain, membuat orang dikenal, juga mendapat honorarium.
Di Indonesia, hampir semua halaman surat kabar menyediakan rubrik opini. Dan hampir semuanya juga menyediankan honorarium untuk opini yang dimuat. Opini-opini ini pun beraneka ragam. Bisa soal masalah sosial, politik, agama, pertanian, perkebunan, pertambangan, hukum, dan lain sebagainya. Penulis dengan latar belakang bidang yang dikuasainya, akan mendapat tempat khusus di media massa jika ia menulis opini tentang bidang yang dikuasainya tersebut.
Bahkan, kadang media secara khusus meminta orang tersebut untuk menulis topik-topik tertentu untuk hari-hari tertentu pula. Karena itulah, misalnya, kita mengenal nama Satjipto Raharjo untuk bidang hukum dan ketertiban masyarakat, nama Ignas Kleden untuk bidang sosial, nama Mulya Lubis untuk bidang hukum atau nama HS. Dillon untuk bidang pertanian.
Tentu saja mereka ini tidak langsung menjadi penulis opini.Mereka juga belajar, melalui banyak tahap. Tetapi, yang jelas mereka memiliki kompetensi yang membuat masyarakat mengakui, mereka memang layak untuk menulis soal atau masalah yang mereka tulis tersebut.
Antara Opini dan Kolom
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustakan, Opini disebutkan sebagai ”pendapat; ”pikiran,” atau ”pendirian,”
Opini memang bisa diartikan sebagai pandangan seseorang tentang suatu masalah. Tidak sekadar pendapat, tetapi pendapat ilmiah. Pendapat yang bisa dipertanggungjawabk an dengan berdasar dalil-dalil ilmiah yang disajikan dalam bahasa yang lebih popular. Karena itulah, untuk menulis opini juga dibutuhkan riset. Riset merupakan penguat dari argumentasi penulis untuk menekankan gagasannya. Opini inilah yang ditulis dan dituangkan dalam bentuk ”artikel.”
Adapun kolom adalah opini yang ”lebih cair” dalam gaya bahasanya. Penulis kolom biasanya tidak saja mereka yang dikenal memiliki keahlian dalam bidang yang ditulisnya, tapi juga memiliki style –gaya-. Itu sebabnya disebut ”kolomnis”
Bagaimana Menjadi Penulis Opini:
Dengan melihat rangkaian di atas, maka di sini untuk menulis opini dibutuhkan:
1.Pengetahuan akan bidang/masalah tertentu
2.Ide dan Gagasan
3.Argumentasi gagasan
4.Teknik Penulisan Opini
5. Pengetahuan bahasa
6. Pengetahuan Tentang Media Massa.
Mari kita uraikan satu persatu:
1. Pengetahuan Bidang/Masalah Tertentu.
Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang memang layak bagi dia untuk diketengahkan kepada masyarakat. Ini bekal utama seorang penulis opini. Jika ia ahli pertanian, tentu masyarakat akan percaya akan seluk beluk tanaman yang ditulis daripada yang menulis seorang sarjana hukum.
Pengetahuan bidang tertentu ini sangat penting, juga terutama untuk ”legitimasi” diri seorang penulis di depan publik.
2. Ide dan Gagasan
Ide merupakan barang termahal yang dimiliki penulis -apa pun dan siapa penulis itu. Ide bisa tumbuh dari mana pun. Penulis yang terlatih tidak pernah kehabisan ide untuk menulis opini. Karena ide bisa muncul di mana pun, maka seorang penulis biasanya langsung menulis ide-ide yang didapatnya begitu ide itu muncul. Ide itulah yang kemudian dikembangkannya begitu ia memiliki waktu untuk menulis. Misalnya, di sini, seorang penulis membaca media tentang tinggi harga karet. Penulis opini kemudian mendapat ide, membandingkan tingginya harga karet itu dengan kenyataan sepuluh tahun terakhir dengan dengan menganalisa apa penyebab naik –turunnya harga tersebut.
3. Argumentasi Gagasan
Argumentasi ini sesungguhnya pasti dimiliki seseorang jika orang itu memang menulis bidangnya. Ini memang berkaitan dengan nomor 1 (pengetahuan bidang yang dimilikinya) . Argumentasi penting karena di sinilah pembaca akan mengetahui ”kadar” keilmuan seorang penulis opini. Semakin kuat dan logis argumentasi yang ditampilkannya, maka akan semakin memperkuat gagasan yang ditulisnya.
4. Teknik Penulisan Opini
Penulisan opini di media massa berbeda dengan penulisan di media ilmiah. Pembaca media massa sangat beragam. Karena itu, penulisan opini di media massa harus memakai bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas. Kecenderungan pembaca kini adalah membaca tulisan yang tidak panjang, enak dibaca, dan gampang dicerna.
5. Pengetahuan Bahasa
Kegagalan penulis opini dari kalangan ilmiah biasanya terletak pada penggunaan bahasa. Penulis opini dari latar belakang ilmiah harus belajar untuk memakai bahasa yang gampang dimengerti masyarakat, sehingga bahasa yang ditulisnya, efektif, efisien, dan mudah dimengerti.
Jika pun penulis opini ingin menampilkan istilah asing, ia harus pula mencari padanan dalam bahasa Indonesia. Penulis opini bahkan tidak usah khawatir untuk menampilkan idiom-idiom bahasa daerah jika dipandang menarik. Nasehat untuk ini: JANGAN SEKALI-KALI MENGANGGAP PEMBACA SAMA TAHUNYA SEPERTI KITA.
Beberapa kata yang tidak efektif bisa dipangkas untuk menghasilkan tulisan yang padat. Kata-kata itu, misalnya, ”oleh,” ”adalah,” ”itu,” ”tersebut” dll.
6. Pengetahuan Media Massa
Pengetahuan tentang Media Massa merupakan hal penting yang perlu diketahui penulis opini agar tulisannya bisa dimuat. Penulis opini, dengan mempelajari sebuah media massa, akan bisa melihat, media massa itu,misalnya, apakah memberi perhatian kepada masalah-masalah yang digeluti sang penulis opini itu atau tidak. Suratkabar Kompas, misalnya, cenderung untuk memberi tempat kepada opini dalam bidang apa pun. Demikian juga harian Suara Pembaruan. Dengan pengetahuan seperti ini, maka seorang penulis opini tahu, ke mana artikel yang dibuatnya itu akan dikirim.
Bagaimana Supaya Opini Dimuat di Media Massa
A. Ada peg/cantolan peristiwa
Seperti berita, opini pun memerlukan peg –cantolah peristiwa. Tujuan peg ini adalah agar opini ini relevan dengan yang sedang terjadi atau dibicarakan masyarakat. Semakin ada peg-nya maka, kemungkinan opininya dimuat akan semakin besar. Peg ini bermacam-macam. Bisa peristiwa yang tidak diduga, atau juga peristiwa yang sudah direncanakan pasti terjadi. Misalnya, menyambut sepuluh tahun peristiwa swasembada beras, peringatan ulangtahun lembaga/peristiwa tertentu, dll.
B. Cari Angle Menarik
Jika peg itu sudah didapat, maka penulis tinggal mencari angle/sudut pandang: dia akan menulis apa dan dari sudut pandang apa? Angle merupakan hal penting yang menajamkan opini penulis satu dengan penulis lain. Nasehat untuk ini: carilah angle yang paling berbeda, unik, dan mungkin orang tidak terpikirkan. Tentang harga tanaman karet yang melonjak itu, misalnya, seorang penulis opini, misalnya, bisa mengambil angle: ancaman bahaya apa yang harusnya diwasdapai petani dengan tanaman mereka yang sudah berumur sekian puluh tahun?
C. Eksplorasi gagasan dan argumentasi
Inilah argumentasi yang harus dibangun dan dimiliki penulis untuk menguatkan opininya. Untuk membangun argumentasi ini, penulis opini bisa menyodorkan data atau contoh-contoh peristiwa. Contoh itu bisa dari dalam negeri atau luar negeri.
D. Tidak Menggurui
Isi tulisan opini mesti dihindarkan sejauh mungkin dari kesan menggurui, juga mengesankan penulisnya ”menampilkan,” kepintarannya. Salah satu cara agar tulisajn opini tidak menggurui, antara lain, jangan terlalu banyak menampilkan kutipan atau sumber-sumber literatur. Lebih baik penulis menampilkan contoh yang muncul sehari-hari dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, syarat lainnya: baca ulang opini tersebut berkali-kali.
Bisakah Saya Menulis Opini dan Dimuat di Koran?
Bisa!
Tidak ada penulis opini yang langsung terkenal. Semua dari bawah. Salah satu cara belajar yang baik: membaca opini-opini dari penulis terkenal. Pelajari kalimat dan bagaimana sang penulis mengungkapkan buah pikirannya.
****
(Materi ini pernah disampaikan dalam pelatihan ”Menulis Opini di Media” untuk para peneliti senior Pusat Peneliti Kelapa Sawit, Medan, 2008)
TRY THIS!!!....
MENULIS opini berarti menyebar luaskan gagasan. Dengan menulis opini, maka seseorang berarti mentransfer ide dan gagasan ke ruang publik. Ia masuk ke ranah publik, berusaha mempengaruhi publik, dengan tujuan akhir: gagasannya diterima atau juga diperdebatkan.
Karena itulah, menulis opini sesungguhnya mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide baru, juga menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap untuk diperdebatkan. Menulis opini berarti memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain. Karena itulah, kegiatan menulis opini mestinya kegiatan yang dilakukan dengan hati. Dengan kesukacitaan, kegembiraan membagi gagasan dan kecintaan menyumbangkan ilmu dan pengetahuan.
Menulis opini adalah kegiatan yang menyenangkan. Siapa pun sesungguhnya bisa dan mampu untuk menulis opini. Setiap orang yang memiliki pengetahuan, mampu menulis, sesungguhnya ia bisa menulis opini. Dengan opini, tidak saja gagasan itu bisa menyebar, tapi juga,antara lain, membuat orang dikenal, juga mendapat honorarium.
Di Indonesia, hampir semua halaman surat kabar menyediakan rubrik opini. Dan hampir semuanya juga menyediankan honorarium untuk opini yang dimuat. Opini-opini ini pun beraneka ragam. Bisa soal masalah sosial, politik, agama, pertanian, perkebunan, pertambangan, hukum, dan lain sebagainya. Penulis dengan latar belakang bidang yang dikuasainya, akan mendapat tempat khusus di media massa jika ia menulis opini tentang bidang yang dikuasainya tersebut.
Bahkan, kadang media secara khusus meminta orang tersebut untuk menulis topik-topik tertentu untuk hari-hari tertentu pula. Karena itulah, misalnya, kita mengenal nama Satjipto Raharjo untuk bidang hukum dan ketertiban masyarakat, nama Ignas Kleden untuk bidang sosial, nama Mulya Lubis untuk bidang hukum atau nama HS. Dillon untuk bidang pertanian.
Tentu saja mereka ini tidak langsung menjadi penulis opini.Mereka juga belajar, melalui banyak tahap. Tetapi, yang jelas mereka memiliki kompetensi yang membuat masyarakat mengakui, mereka memang layak untuk menulis soal atau masalah yang mereka tulis tersebut.
Antara Opini dan Kolom
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustakan, Opini disebutkan sebagai ”pendapat; ”pikiran,” atau ”pendirian,”
Opini memang bisa diartikan sebagai pandangan seseorang tentang suatu masalah. Tidak sekadar pendapat, tetapi pendapat ilmiah. Pendapat yang bisa dipertanggungjawabk an dengan berdasar dalil-dalil ilmiah yang disajikan dalam bahasa yang lebih popular. Karena itulah, untuk menulis opini juga dibutuhkan riset. Riset merupakan penguat dari argumentasi penulis untuk menekankan gagasannya. Opini inilah yang ditulis dan dituangkan dalam bentuk ”artikel.”
Adapun kolom adalah opini yang ”lebih cair” dalam gaya bahasanya. Penulis kolom biasanya tidak saja mereka yang dikenal memiliki keahlian dalam bidang yang ditulisnya, tapi juga memiliki style –gaya-. Itu sebabnya disebut ”kolomnis”
Bagaimana Menjadi Penulis Opini:
Dengan melihat rangkaian di atas, maka di sini untuk menulis opini dibutuhkan:
1.Pengetahuan akan bidang/masalah tertentu
2.Ide dan Gagasan
3.Argumentasi gagasan
4.Teknik Penulisan Opini
5. Pengetahuan bahasa
6. Pengetahuan Tentang Media Massa.
Mari kita uraikan satu persatu:
1. Pengetahuan Bidang/Masalah Tertentu.
Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang memang layak bagi dia untuk diketengahkan kepada masyarakat. Ini bekal utama seorang penulis opini. Jika ia ahli pertanian, tentu masyarakat akan percaya akan seluk beluk tanaman yang ditulis daripada yang menulis seorang sarjana hukum.
Pengetahuan bidang tertentu ini sangat penting, juga terutama untuk ”legitimasi” diri seorang penulis di depan publik.
2. Ide dan Gagasan
Ide merupakan barang termahal yang dimiliki penulis -apa pun dan siapa penulis itu. Ide bisa tumbuh dari mana pun. Penulis yang terlatih tidak pernah kehabisan ide untuk menulis opini. Karena ide bisa muncul di mana pun, maka seorang penulis biasanya langsung menulis ide-ide yang didapatnya begitu ide itu muncul. Ide itulah yang kemudian dikembangkannya begitu ia memiliki waktu untuk menulis. Misalnya, di sini, seorang penulis membaca media tentang tinggi harga karet. Penulis opini kemudian mendapat ide, membandingkan tingginya harga karet itu dengan kenyataan sepuluh tahun terakhir dengan dengan menganalisa apa penyebab naik –turunnya harga tersebut.
3. Argumentasi Gagasan
Argumentasi ini sesungguhnya pasti dimiliki seseorang jika orang itu memang menulis bidangnya. Ini memang berkaitan dengan nomor 1 (pengetahuan bidang yang dimilikinya) . Argumentasi penting karena di sinilah pembaca akan mengetahui ”kadar” keilmuan seorang penulis opini. Semakin kuat dan logis argumentasi yang ditampilkannya, maka akan semakin memperkuat gagasan yang ditulisnya.
4. Teknik Penulisan Opini
Penulisan opini di media massa berbeda dengan penulisan di media ilmiah. Pembaca media massa sangat beragam. Karena itu, penulisan opini di media massa harus memakai bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas. Kecenderungan pembaca kini adalah membaca tulisan yang tidak panjang, enak dibaca, dan gampang dicerna.
5. Pengetahuan Bahasa
Kegagalan penulis opini dari kalangan ilmiah biasanya terletak pada penggunaan bahasa. Penulis opini dari latar belakang ilmiah harus belajar untuk memakai bahasa yang gampang dimengerti masyarakat, sehingga bahasa yang ditulisnya, efektif, efisien, dan mudah dimengerti.
Jika pun penulis opini ingin menampilkan istilah asing, ia harus pula mencari padanan dalam bahasa Indonesia. Penulis opini bahkan tidak usah khawatir untuk menampilkan idiom-idiom bahasa daerah jika dipandang menarik. Nasehat untuk ini: JANGAN SEKALI-KALI MENGANGGAP PEMBACA SAMA TAHUNYA SEPERTI KITA.
Beberapa kata yang tidak efektif bisa dipangkas untuk menghasilkan tulisan yang padat. Kata-kata itu, misalnya, ”oleh,” ”adalah,” ”itu,” ”tersebut” dll.
6. Pengetahuan Media Massa
Pengetahuan tentang Media Massa merupakan hal penting yang perlu diketahui penulis opini agar tulisannya bisa dimuat. Penulis opini, dengan mempelajari sebuah media massa, akan bisa melihat, media massa itu,misalnya, apakah memberi perhatian kepada masalah-masalah yang digeluti sang penulis opini itu atau tidak. Suratkabar Kompas, misalnya, cenderung untuk memberi tempat kepada opini dalam bidang apa pun. Demikian juga harian Suara Pembaruan. Dengan pengetahuan seperti ini, maka seorang penulis opini tahu, ke mana artikel yang dibuatnya itu akan dikirim.
Bagaimana Supaya Opini Dimuat di Media Massa
A. Ada peg/cantolan peristiwa
Seperti berita, opini pun memerlukan peg –cantolah peristiwa. Tujuan peg ini adalah agar opini ini relevan dengan yang sedang terjadi atau dibicarakan masyarakat. Semakin ada peg-nya maka, kemungkinan opininya dimuat akan semakin besar. Peg ini bermacam-macam. Bisa peristiwa yang tidak diduga, atau juga peristiwa yang sudah direncanakan pasti terjadi. Misalnya, menyambut sepuluh tahun peristiwa swasembada beras, peringatan ulangtahun lembaga/peristiwa tertentu, dll.
B. Cari Angle Menarik
Jika peg itu sudah didapat, maka penulis tinggal mencari angle/sudut pandang: dia akan menulis apa dan dari sudut pandang apa? Angle merupakan hal penting yang menajamkan opini penulis satu dengan penulis lain. Nasehat untuk ini: carilah angle yang paling berbeda, unik, dan mungkin orang tidak terpikirkan. Tentang harga tanaman karet yang melonjak itu, misalnya, seorang penulis opini, misalnya, bisa mengambil angle: ancaman bahaya apa yang harusnya diwasdapai petani dengan tanaman mereka yang sudah berumur sekian puluh tahun?
C. Eksplorasi gagasan dan argumentasi
Inilah argumentasi yang harus dibangun dan dimiliki penulis untuk menguatkan opininya. Untuk membangun argumentasi ini, penulis opini bisa menyodorkan data atau contoh-contoh peristiwa. Contoh itu bisa dari dalam negeri atau luar negeri.
D. Tidak Menggurui
Isi tulisan opini mesti dihindarkan sejauh mungkin dari kesan menggurui, juga mengesankan penulisnya ”menampilkan,” kepintarannya. Salah satu cara agar tulisajn opini tidak menggurui, antara lain, jangan terlalu banyak menampilkan kutipan atau sumber-sumber literatur. Lebih baik penulis menampilkan contoh yang muncul sehari-hari dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, syarat lainnya: baca ulang opini tersebut berkali-kali.
Bisakah Saya Menulis Opini dan Dimuat di Koran?
Bisa!
Tidak ada penulis opini yang langsung terkenal. Semua dari bawah. Salah satu cara belajar yang baik: membaca opini-opini dari penulis terkenal. Pelajari kalimat dan bagaimana sang penulis mengungkapkan buah pikirannya.
****
(Materi ini pernah disampaikan dalam pelatihan ”Menulis Opini di Media” untuk para peneliti senior Pusat Peneliti Kelapa Sawit, Medan, 2008)
TRY THIS!!!....
Naskah Fragmen : Assoempterz and Christmassss
Natal, ke-4 di tanah rantau _lagi-lagi_
Tak ada bau makanan yang menyengat dan merangsang perut lapar, tidak ada keriuhan kompleks anak kecil yang saling menghunjukkan baju-baju barunya untuk dipamerkan dihadapan sang bayi Yesus dan pastor pemimpim misa. Tak ada pertengkaran cat rumah yang tepat untuk tahun ini sehingga natal menjadi lebih meriah. Tidak ada yang namanya leis daging (babi, sapi) ato rame-rame gotong anjing untuk dijadikan RW.
Yang ada hanya wajah-wajah keras masyarakat perantau dan pejuang, berharap tahun ini bisa mengirimkan sedikit nafkah bagi keluarganya di kampung halaman sana (mungkin supaya bisa beli cat rumah baru dan satu kilo daging leis). Atau wajah-wajah hampir putus asa yang ingin segera pulang untuk berkumpul bersama keluarganya merayakan natal bersama tapi masih harus melanjutkan sisa semester yang tersisa demi masa depan yang bagus. Klasik anak kuliahan. Baju yang dipakai untuk puncak perayaan natalpun masih sama dengan baju tahun lalu. Kemudian kesenduhan kamar kos yang suram dan kunjungan para sahabat dengan sekaleng Kong Guan biscuit terus dipadukan segelas Syrup ABC (bahasa keren di timor sana, ORSON). Cukuplah Natal tahun ini dengaan semuanya.
Natal selalu diidentikkan dengan kebersamaan dan kegembiraan, dimana saja di rumah bisa juga di gereja dan bagaimana dengan hati kita? Sudahkah ada kebersamaan dan kebahagiaan itu?
Cerita berikut ini bisa menjadi gambaran kebersamaan dan kebahagiaan itu.
===================================================
Masih subuh saat itu hari minggu tepatnya semua punya kesempatan bersama, assoempterz sudah pada rame di emperan lantai dua pasatempo 26, masing-masing dengan plastic sampah besar hitamnya siap menjalankan kewajiban memungut tiap sampah plastic yang ditemukan. Yah semua sedang bersemangat mengumpulkan duit untuk bisa merasakan kebersamaan natal tahun ini. Seperti inilah kebersamaan yang berusaha mereka ciptakan khususnya menyongsong natal kali ini.
Yati : “Ayo…siap koh?”
Trida : haeh..sabar kah..sa masih sisir rambut ini (sambil mematut bayangan di depan cermin)
Natto : Hahaha…kasih minyak kelapa saja kak biar cepat rapih
Herman : Ah Natto..macam kau pu rambut su bagus saja…
Inna : Eh cepat sudah..su hamper pagi neh..kamu mau jalan tidak?
Basez : ayo su ee..su ada plastic smua kohw?
Natto : mana, sa belum
Helen : hm..makanya jangan ko komentar orank saja..sana pi ambil di Basez
Basez : Dasar NATO!!!
Motor2 kami sudah Berbaris, meski tidak rapih dan asal kami dibelakang mengikuti aba-aba. Menuju lapangan renon kami pagi ini bersiap menjarah apa saja yang bisa kami bawa pulang _pastinya sampah plastic tujuan utama, bukan barang berharga milik orang lain.hehehe_ tekun bekerja tentu membawa hasil yang baik.
Menjelang tengah hari masing – masing orang sudah membawa bebannya dengan bangga.
Arnold : patris..au dapat banyak kah?
Patris : banyak kah, bisa sewa PS satu malam neh
Helen : heh..sewa PS apa? Kamu orang kumpul mau natal bersama
Patris : hm..orang Cuma maen gila juga…
Herman : Ah trapapa toh Cuma berapa ribu saja mau
Yati : Kalo mau maen PS pake kamu pu uang sendiri
Inna : Dengar tuh Ibu Ketua omong..hahaha…
Angky : Ta..pi..kaaa…lo mau be…eeeli RW bisa toh Yati?
Semua : hahahahha….urus makan saja…
Kembali ke markas _pasatempo 26_ hasil dikumpulkan dan bersiap-siap untuk ditukarkan ditempat sang penadah. Ada k’hubert yang dengan senang hati melaksanakan tugas tersebut bersama k’micky _sang driver, that’s friend are for_ sambil menanti sang utusan kembali, kami mulai melancarkan aksi autis kami. Saling meledek, cerita moop lucu yang masih bersarang di ingatan atau ada yang dengan sukarela memetik gitar dan bernyanyi.
Tiba-tiba kaka Angky, senior tertua dan paling kepala gila bersuara
Angky : “oi..kita makan dulu koh,,kaa..muuu…tidak lapar kah
Asgo : “ha..pi beli makan su..basis, ayo tuan rumah bagaimana ini tir ada inisiatif ju”
Basez : “ah..kumpul uang kah kalo mo makan, lagian yang Tuan Rumah sapa o?”
Andy : “y sudah kumpul uangnya na’e, aku bantu ngumpulin ajah yah.hahaha”
Akhirnya uang terkumpul _setelah Andy melancarkan aksi premannya dulu, menagih dari tiap-tiap orang_ menuju warung Ibu Babi _nama ini sengaja diberikan karena yang bersangkutan juga menjual daging babi sebagai lauknya, kebiasaan anak-anak kos memberi nama pada pelaku kegiatan sesuai jualannya.pernah sekali ada ibu yang kebetulan menjual RW dipanggil Ibu Anjing. Untungnya yang merasa dipanggil seperti itu tidak begitu memikirkannya asalkan pembeli doyan dengan jualannya…haha..klasik_ 10 bungkus nasi siap dibawa pulang
Saat Makanan dibagikan
Angky : Au ee…ini kasih makan anak anjing koh apa ne, nasi pung sadikit ana lai?
Natto : Sini kalo k’angky sonde mau makan, kasih beta sa
Angky : Lu pu kepala besar..enak sa…
Yati : Hm..K’angky macam dia pu kepala tidak besar ju..hahahha
Semua : hahahae…
Selang beberapa menit kemudian k’hubert dan k’micky sudah kembali bergabung dengan kami _huehehehe.,.._ membawa hasil lumayan banyak untuk pekerjaan kami hari ini nominal itu ditambahkan lima nol dibelakangnya dan angka dua didepannya. Thanks God. We did.
Itu dua minggu yang lalu sebelum hari natal tiba, ada dua minggu kedepannya kita masih saja giat bekerja dan menimbun hasil yang memuaskan. Maka hari ini dengan segala berkat Tuhan kami dapat berkumpul _lagi-lagi di Pasatempo 26 Lantai III yang lapang karena bagian itu disebut bubungan rumah kemudian ada bale-bale yang biasa dipake anak kos untuk berleha-leha sejenak di siang hari_ ada dua panggangan yang sedang bernyala-nyala dengan seekor beh guling yang siap dikorbankan lalu sekumpulan wanita timor _WATI, ganknya Assoempta pada timor semua_ sibuk ngulikkk bumbu sampe keringat bercucuran tapi mulut terus bergerak _memank timor ee, ada saja bahan bicara tuh_
Trida : “nasi su masak kah?” tiba-tiba ada yang bertanya
Helen : “oh tenang dalam proses. Kamu hanya tau makan ee”
(memank calon mama-mama timor donk)
Sementara didalam sana, musik berbunyi kencang,
Angky : “eh..kaaaa..muuu…tidak bagoyang koh?beeetaaa..su putar lagu jamilah neh…eee Ende lu sini do..menari”
(susah payah k’angky menyelesaikan kalimat ini sambil tangannya melambai padaku dan disambut riuh tertawa anak-anak..hahhaahahah….)
Basez : hm..macam dia bukan Raqat saja…Timor sama mauuu
Tanpa kami sadari ada yang dengan seriusnya bergoyang didalam kamar, langsung dihadapan sound sambil menghayati lagu Jamilah bersama Om Tiger sang penyanyi. Dia itu Arnold, saudaranya Yati. Dan ternyata bukan hanya dia ada k’micky yang serius mengajarkan dansa timor lestenya bersama noi. Eh jangan lupa ada natto juga yang sekarang menarik-narik tanganku paksa.
Basez : “kenapa neh natto?” tanyaku
Natto : “Sa ajar lu dansa” jawabnya
Basez : “adi..dansa pake lagu oa begete neh _sudah ganti lagu ceritanya_ mana cocok?” seruku asal.
Helen : Heh..natto, basong badansa situ belum selesai masak disini..pi liat itu nasi dulu su matang blum..
Trida : iyah e natto..kau ini..
Yati : benar2 tidak salah kop u nama NATO
Basez : Kena lu..haha
Menjelang malam, hidangan segera disiapkan. K’helen sang ketua masak sudah mulai terlihat lelah setelah seharian meracik bumbu dan masakan serta penganan lainnya. Baiknya,,,hohohoh..
Hari ini tanggal 26 December 2009, menurut penanggalan katolik ini Hari Natal kedua. Semua duduk khusyuk, menyiapkan hati untuk berdoa dan sharing. Assoempterz beraksi=======
Doa dan sharing natal bersama ini dipimpin K’hubert
(spontan doa dan sharing dibuka k’hubert, bercerita apa saja tentang Natal bersama keluarga atau teman-teman yang sebelumnya pernah dilewati).
Setelah doa bersama ditutup, semua gembira menikmati makanan dan music yank di putar.
Cerita ini saya dedikasikan untuk all assoempterz, hope can call all your name here but not enough..sorry…heheheh…keep going with our life and enjoy when we together.
Assoempterz is:
Umbu Herman - Sumba
Fila Hidayana – Kalimantan
Yati Radja – Maumere
Arnold Radja – Maumere
BaSeZ – Ende
Inna Billy – Sumba
Katharina Tridawanti – Manggarai
Agustinus anagoga – Sumba
Noi Gonsalves – Atambua / TIMLES
Natto – Atambua / TIMLES
Helen – Atambua
Micky – Larantuka mix Atambua
Patris – Magepanda / Maumere_hehehe__
Andre – Maumere
Angky Way – Kupang / boawae
Ego – Kupang / Riung
Idenk dan Ike – Maumere
Baldi – Sumba / Maumere
Andi – Nak Bali Aseli
Richard - BAjawanese
Marga - Surabaya
EmiL – Surabaya
Yuven – Boawae
Mimi dan AngeL – Manggarai
Rit – Sumba
Ima - Sumatera
Monic dan Helen - Batak / Bandung
Tak ada bau makanan yang menyengat dan merangsang perut lapar, tidak ada keriuhan kompleks anak kecil yang saling menghunjukkan baju-baju barunya untuk dipamerkan dihadapan sang bayi Yesus dan pastor pemimpim misa. Tak ada pertengkaran cat rumah yang tepat untuk tahun ini sehingga natal menjadi lebih meriah. Tidak ada yang namanya leis daging (babi, sapi) ato rame-rame gotong anjing untuk dijadikan RW.
Yang ada hanya wajah-wajah keras masyarakat perantau dan pejuang, berharap tahun ini bisa mengirimkan sedikit nafkah bagi keluarganya di kampung halaman sana (mungkin supaya bisa beli cat rumah baru dan satu kilo daging leis). Atau wajah-wajah hampir putus asa yang ingin segera pulang untuk berkumpul bersama keluarganya merayakan natal bersama tapi masih harus melanjutkan sisa semester yang tersisa demi masa depan yang bagus. Klasik anak kuliahan. Baju yang dipakai untuk puncak perayaan natalpun masih sama dengan baju tahun lalu. Kemudian kesenduhan kamar kos yang suram dan kunjungan para sahabat dengan sekaleng Kong Guan biscuit terus dipadukan segelas Syrup ABC (bahasa keren di timor sana, ORSON). Cukuplah Natal tahun ini dengaan semuanya.
Natal selalu diidentikkan dengan kebersamaan dan kegembiraan, dimana saja di rumah bisa juga di gereja dan bagaimana dengan hati kita? Sudahkah ada kebersamaan dan kebahagiaan itu?
Cerita berikut ini bisa menjadi gambaran kebersamaan dan kebahagiaan itu.
===================================================
Masih subuh saat itu hari minggu tepatnya semua punya kesempatan bersama, assoempterz sudah pada rame di emperan lantai dua pasatempo 26, masing-masing dengan plastic sampah besar hitamnya siap menjalankan kewajiban memungut tiap sampah plastic yang ditemukan. Yah semua sedang bersemangat mengumpulkan duit untuk bisa merasakan kebersamaan natal tahun ini. Seperti inilah kebersamaan yang berusaha mereka ciptakan khususnya menyongsong natal kali ini.
Yati : “Ayo…siap koh?”
Trida : haeh..sabar kah..sa masih sisir rambut ini (sambil mematut bayangan di depan cermin)
Natto : Hahaha…kasih minyak kelapa saja kak biar cepat rapih
Herman : Ah Natto..macam kau pu rambut su bagus saja…
Inna : Eh cepat sudah..su hamper pagi neh..kamu mau jalan tidak?
Basez : ayo su ee..su ada plastic smua kohw?
Natto : mana, sa belum
Helen : hm..makanya jangan ko komentar orank saja..sana pi ambil di Basez
Basez : Dasar NATO!!!
Motor2 kami sudah Berbaris, meski tidak rapih dan asal kami dibelakang mengikuti aba-aba. Menuju lapangan renon kami pagi ini bersiap menjarah apa saja yang bisa kami bawa pulang _pastinya sampah plastic tujuan utama, bukan barang berharga milik orang lain.hehehe_ tekun bekerja tentu membawa hasil yang baik.
Menjelang tengah hari masing – masing orang sudah membawa bebannya dengan bangga.
Arnold : patris..au dapat banyak kah?
Patris : banyak kah, bisa sewa PS satu malam neh
Helen : heh..sewa PS apa? Kamu orang kumpul mau natal bersama
Patris : hm..orang Cuma maen gila juga…
Herman : Ah trapapa toh Cuma berapa ribu saja mau
Yati : Kalo mau maen PS pake kamu pu uang sendiri
Inna : Dengar tuh Ibu Ketua omong..hahaha…
Angky : Ta..pi..kaaa…lo mau be…eeeli RW bisa toh Yati?
Semua : hahahahha….urus makan saja…
Kembali ke markas _pasatempo 26_ hasil dikumpulkan dan bersiap-siap untuk ditukarkan ditempat sang penadah. Ada k’hubert yang dengan senang hati melaksanakan tugas tersebut bersama k’micky _sang driver, that’s friend are for_ sambil menanti sang utusan kembali, kami mulai melancarkan aksi autis kami. Saling meledek, cerita moop lucu yang masih bersarang di ingatan atau ada yang dengan sukarela memetik gitar dan bernyanyi.
Tiba-tiba kaka Angky, senior tertua dan paling kepala gila bersuara
Angky : “oi..kita makan dulu koh,,kaa..muuu…tidak lapar kah
Asgo : “ha..pi beli makan su..basis, ayo tuan rumah bagaimana ini tir ada inisiatif ju”
Basez : “ah..kumpul uang kah kalo mo makan, lagian yang Tuan Rumah sapa o?”
Andy : “y sudah kumpul uangnya na’e, aku bantu ngumpulin ajah yah.hahaha”
Akhirnya uang terkumpul _setelah Andy melancarkan aksi premannya dulu, menagih dari tiap-tiap orang_ menuju warung Ibu Babi _nama ini sengaja diberikan karena yang bersangkutan juga menjual daging babi sebagai lauknya, kebiasaan anak-anak kos memberi nama pada pelaku kegiatan sesuai jualannya.pernah sekali ada ibu yang kebetulan menjual RW dipanggil Ibu Anjing. Untungnya yang merasa dipanggil seperti itu tidak begitu memikirkannya asalkan pembeli doyan dengan jualannya…haha..klasik_ 10 bungkus nasi siap dibawa pulang
Saat Makanan dibagikan
Angky : Au ee…ini kasih makan anak anjing koh apa ne, nasi pung sadikit ana lai?
Natto : Sini kalo k’angky sonde mau makan, kasih beta sa
Angky : Lu pu kepala besar..enak sa…
Yati : Hm..K’angky macam dia pu kepala tidak besar ju..hahahha
Semua : hahahae…
Selang beberapa menit kemudian k’hubert dan k’micky sudah kembali bergabung dengan kami _huehehehe.,.._ membawa hasil lumayan banyak untuk pekerjaan kami hari ini nominal itu ditambahkan lima nol dibelakangnya dan angka dua didepannya. Thanks God. We did.
Itu dua minggu yang lalu sebelum hari natal tiba, ada dua minggu kedepannya kita masih saja giat bekerja dan menimbun hasil yang memuaskan. Maka hari ini dengan segala berkat Tuhan kami dapat berkumpul _lagi-lagi di Pasatempo 26 Lantai III yang lapang karena bagian itu disebut bubungan rumah kemudian ada bale-bale yang biasa dipake anak kos untuk berleha-leha sejenak di siang hari_ ada dua panggangan yang sedang bernyala-nyala dengan seekor beh guling yang siap dikorbankan lalu sekumpulan wanita timor _WATI, ganknya Assoempta pada timor semua_ sibuk ngulikkk bumbu sampe keringat bercucuran tapi mulut terus bergerak _memank timor ee, ada saja bahan bicara tuh_
Trida : “nasi su masak kah?” tiba-tiba ada yang bertanya
Helen : “oh tenang dalam proses. Kamu hanya tau makan ee”
(memank calon mama-mama timor donk)
Sementara didalam sana, musik berbunyi kencang,
Angky : “eh..kaaaa..muuu…tidak bagoyang koh?beeetaaa..su putar lagu jamilah neh…eee Ende lu sini do..menari”
(susah payah k’angky menyelesaikan kalimat ini sambil tangannya melambai padaku dan disambut riuh tertawa anak-anak..hahhaahahah….)
Basez : hm..macam dia bukan Raqat saja…Timor sama mauuu
Tanpa kami sadari ada yang dengan seriusnya bergoyang didalam kamar, langsung dihadapan sound sambil menghayati lagu Jamilah bersama Om Tiger sang penyanyi. Dia itu Arnold, saudaranya Yati. Dan ternyata bukan hanya dia ada k’micky yang serius mengajarkan dansa timor lestenya bersama noi. Eh jangan lupa ada natto juga yang sekarang menarik-narik tanganku paksa.
Basez : “kenapa neh natto?” tanyaku
Natto : “Sa ajar lu dansa” jawabnya
Basez : “adi..dansa pake lagu oa begete neh _sudah ganti lagu ceritanya_ mana cocok?” seruku asal.
Helen : Heh..natto, basong badansa situ belum selesai masak disini..pi liat itu nasi dulu su matang blum..
Trida : iyah e natto..kau ini..
Yati : benar2 tidak salah kop u nama NATO
Basez : Kena lu..haha
Menjelang malam, hidangan segera disiapkan. K’helen sang ketua masak sudah mulai terlihat lelah setelah seharian meracik bumbu dan masakan serta penganan lainnya. Baiknya,,,hohohoh..
Hari ini tanggal 26 December 2009, menurut penanggalan katolik ini Hari Natal kedua. Semua duduk khusyuk, menyiapkan hati untuk berdoa dan sharing. Assoempterz beraksi=======
Doa dan sharing natal bersama ini dipimpin K’hubert
(spontan doa dan sharing dibuka k’hubert, bercerita apa saja tentang Natal bersama keluarga atau teman-teman yang sebelumnya pernah dilewati).
Setelah doa bersama ditutup, semua gembira menikmati makanan dan music yank di putar.
Cerita ini saya dedikasikan untuk all assoempterz, hope can call all your name here but not enough..sorry…heheheh…keep going with our life and enjoy when we together.
Assoempterz is:
Umbu Herman - Sumba
Fila Hidayana – Kalimantan
Yati Radja – Maumere
Arnold Radja – Maumere
BaSeZ – Ende
Inna Billy – Sumba
Katharina Tridawanti – Manggarai
Agustinus anagoga – Sumba
Noi Gonsalves – Atambua / TIMLES
Natto – Atambua / TIMLES
Helen – Atambua
Micky – Larantuka mix Atambua
Patris – Magepanda / Maumere_hehehe__
Andre – Maumere
Angky Way – Kupang / boawae
Ego – Kupang / Riung
Idenk dan Ike – Maumere
Baldi – Sumba / Maumere
Andi – Nak Bali Aseli
Richard - BAjawanese
Marga - Surabaya
EmiL – Surabaya
Yuven – Boawae
Mimi dan AngeL – Manggarai
Rit – Sumba
Ima - Sumatera
Monic dan Helen - Batak / Bandung
Langganan:
Komentar (Atom)